Produk bakery adalah produk makanan yang bahan utamanya adalah tepung
(kebanyakan tepung terigu) dan dalam pengolahannya melibatkan proses
pemanggangan. Kue sendiri ada yang dibuat melalui proses pemanggangan, ada yang
tidak. Produk bakery contohnya adalah roti, biskuit, pie, pastry, dll. Dalam
kehidupan sehari-hari produk bakery dan kue banyak sekali kita temui dan
konsumsi. Sebagian produk ini dikemas dan informasi mengenai daftar ingredien
yang digunakan dalam pembuatannya dicantumkan dalam kemasan, selain itu status
kehalalannya juga bisa kita baca di kemasan yaitu adanya label atau logo halal
pada produk produk yang sudah memiliki nomor pendaftaran MD (produk dalam
negeri) atau ML (produk luar negeri).
Adanya
label halal tentu akan memudahkan kita untuk memilih mana produk yang telah
dijamin kehalalannya oleh yang berwenang. Akan tetapi, banyak juga produk
bakery dan kue yang tidak dikemas sehingga informasi mengenai status kehalalan
dan ingredien yang digunakannya tidak diketahui. Oleh karena itu sangatlah
penting bagi kita untuk mengetahui bahan bahan apa saja yang biasa digunakan
dalam pembuatan kedua produk tersebut, lalu bagaimana status kehalalannya.
Pengetahuan ini akan kita gunakan untuk menilai produk produk bakery dan kue
yang akan kita produksi atau konsumsi, jangan sampai kita memrpoduksi atau
mengkonsumsi produk yang kehalalannya diragukan atau bahkan haram.
Berikut
ini akan dikemukakan berbagai jenis ingredien (bahan) utama yang biasa
digunakan dalam pembuatan produk bakery dan kue lalu diulas jenis jenis variasi
yang mungkin digunakan, asal usul bahan, cara pembuatan (jika diperlukan) serta
status kehalalan bahan bahan tersebut. Perlu diketahui bahwa variasi jenis
bahan sangat besar sekali dan segala kemungkinan akan selalu ada, oleh karena
itu sekali lagi hal ini mengingatkan kepada kita agar lebih berhati-hati dalam
memilih bahan pembuat produk bakery dan kue agar produk yang kita hasilkan
benar-benar halal. Selain itu, tentu saja kita harus memilih produk yang kita
yakini kehalalannya, baik berdasarkan kepada adanya jaminan kehalalan yang
diberikan oleh badan yang berwenang juga didasarkan atas pengetahuan kita. Jika
kita berada pada suatu posisi ragu-ragu dalam memilih atau mengkonsumsi suatu
produk maka kita diharuskan meninggalkan produk yang kita ragukan tersebut.
Tepung Terigu
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan produk bakery dan kue, sedangkan jenis tepung lainnya yang digunakan baik sebagai bahan utama atau sebagai bahan pensubstitusi adalah tepung rye, tepung beras, tepung jagung, dll. Tepung terigu dibuat dari biji gandum yang digiling dan diayak sehingga diperoleh tepung dengan besar partikel tertentu.
Secara garis besar ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum keras biasanya digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang dibuat dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry. Tepung terigu lunak biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kue. Perbedaan utama tepung terigu keras dan tepung terigu lunak terletak pada kandungan glutennnya, dimana tepung terigu keras mengandung gluten sekitar 13% sedangkan tepung terigu lunak kandungan glutennya sekitar 8.3%. Gluten inilah yang bertanggungjawab terhadap sifat pengembangan adonan tepung terigu setelah ditambah air dan ditambah bahan pengembang atau difermentasi dengan menggunakan ragi/yeast (gist).
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan produk bakery dan kue, sedangkan jenis tepung lainnya yang digunakan baik sebagai bahan utama atau sebagai bahan pensubstitusi adalah tepung rye, tepung beras, tepung jagung, dll. Tepung terigu dibuat dari biji gandum yang digiling dan diayak sehingga diperoleh tepung dengan besar partikel tertentu.
Secara garis besar ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum keras biasanya digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang dibuat dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry. Tepung terigu lunak biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kue. Perbedaan utama tepung terigu keras dan tepung terigu lunak terletak pada kandungan glutennnya, dimana tepung terigu keras mengandung gluten sekitar 13% sedangkan tepung terigu lunak kandungan glutennya sekitar 8.3%. Gluten inilah yang bertanggungjawab terhadap sifat pengembangan adonan tepung terigu setelah ditambah air dan ditambah bahan pengembang atau difermentasi dengan menggunakan ragi/yeast (gist).
Pada
pembuatan tepung gandum seringkali ditambahkan bahan-bahan aditif yang berfungsi
untuk meningkatkan sifat-sifat tepung gandum yang dihasilkan. Salah satu bahan
aditif yang dapat ditambahkan pada pembuatan tepung gandum yaitu L-sistein
(biasanya dalam bentuk hidrokloridanya) yang berfungsi sebagai improving agent
(meningkatkan sifat-sifat tepung gandum yang diinginkan). Sistein dapat
melembutkan gluten (protein utama gandum yang berperan dalam pengembangan
adonan yang dibuat dari tepung gandum), dengan demikian adonan tepung gandum
menjadi lebih lembut. Disamping melembutkan, adanya sistein dapat mengakibatkan
pengembangan adonan yang lebih besar.
Selain
L-sistein ternyata cukup banyak bahan aditif lain yang mungkin digunakan dalam
pengolahan tepung terigu. Penambahan aditif ini disamping untuk memperbaiki
sifat-sifat alami tepung terigu, khususnya sifat-sifat tepung yang sesuai
dengan proses pemanggangan (misalnya memendekkan waktu penanganan dengan input
energi rendah), juga untuk menjaga keseragaman mutu tepung terigu serta sesuai
dengan standar yang berlaku. Penambahan asam askorbat, bromat alkali atau enzim
lipoksigenase dari kedele akan meningkatkan kualitas gluten tepung gandum yang
lemah, misalnya pada pembuatan roti.
Dalam hal
ini, adonan menjadi lebih kering, resistensi terhadap ekstensi meningkat, lebih
toleran pada pencampuran dan lebih stabil selama fermentasi. Selain itu, volume
adonan selama pemanggangan meningkat dan struktur crumb (bagian dalam roti)
menjadi lebih baik. Penambahan enzim proteinase pada tepung terigu dapat
mengakibatkan adonan yang dibuat menjadi lebih lembut. Penambahan enzim
alfa-amilase dalam bentuk tepung malt atau tepung enzim hasil kerja
mikroorganisme dapat meningkatkan kemampuan menghidrolisa pati yang dikandung
dalam tepung terigu, dengan demikian khamir yang tumbuh pada pembuatan adonan
mendapat energi yang cukup sehingga pembentukan karbon dioksida optimal dan
pengembangan adonan menjadi optimal.
L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein yang dibuat dari rambut manusia, khususnya yang diproduksi di Cina.
L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein yang dibuat dari rambut manusia, khususnya yang diproduksi di Cina.
Tentu
saja karena berasal dari bagian tubuh manusia maka L-sistein ini haram sehingga
tepung terigu yang menggunakan L-sistein dari rambut manusia haram hukumnya
bagi umat Islam. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa L-sistein selain dari
rambut manusia, bisa juga diperoleh dari bulu unggas. Seperti diketahui rambut
dan bulu banyak mengandung L-sistein. L-sistein dari bulu unggas pun masih
dipertanyakan kehalalannya karena bila diperoleh pada waktu hewan masih hidup
maka bsa jadi tidak diperbolehkan, jika diperoleh dari hewan yang sudah mati,
mungkin masih dipertanyakan apakah matinya disembelih secara Islami? Untungnya
sekarang sudah ada L-sistein yang diproduksi secara fermentasi dan boleh
digunakan, hanya saja harganya memang lebih mahal. Jadi, sebetulnya tepung terigu
yang ada di pasaran belum tentu haram walaupun menggunakan L-sistein,
tergantung darimana L-sistein berasal. Untungnya hampir semua tepung terigu
yang diproduksi didalam negeri telah mendapatkan sertifikat halal, hal ini
tentunya sangat menguntungkan konsumen. Akan tetapi, kita masih perlu waspada
terhadap tepung terigu impor yang masih belum mendapatkan sertifikat halal,
jika ditemui tepung terigu yang belum terjamin kehalalannya (tidak ada logo
halal di kemasannya) tentu harus kita hindari.
Disamping
bahan aditif yang ditambahkan kedalam tepung terigu untuk maksud memperbaiki
sifat tepung terigu, ada pula bahan aditif yang ditambahkan kedalam tepung
terigu dengan maksud untuk memperkaya nilai gizinya. Bahan aditif yang biasa
ditambahkan untuk memperkaya nilai gizi tepung terigu yaitu mineral dan
vitamin. Dari segi kehalalan, yang patut diperhatikan adalah penambahan vitamin
vitamin yang tidak larut dalam lemak dan mudah rusak selama penyimpanan
diantaranya vitamin A. Agar vitamin A mudah larut dalam produk pangan berair
(aqueous) dan agar tidak mudah rusak selama penyimpanan maka vitamin A biasanya
disalut. Bahan penyalut yang digunakan selain bahan yang halal seperti berbagai
jenis gum juga bahan yang diragukan kehalalannya yaitu gelatin.
Ragi/Yeast
(Gist)
Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang.
Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang.
Secara
komersial ragi/yeast dapat diperoleh dalam 3 bentuk, yaitu compressed yeast
(bentuk cair dengan kandungan yeast yang padat); active dry yeast (ragi bentuk
kering, perlu diaktifkan dulu sebelum digunakan) dan instant active dry yeast
(ragi instan, bentuk kering yang bisa langsung digunakan, tanpa perlu
diaktifkan lagi). Di super market biasanya yang tersedia adalah yang instant
active dry yeast (ragi instan), bisa langsung digunakan, tinggal dimasukkan
kedalam adonan.
Apapun
bentuk ragi/yeast yang kita gunakan ternyata isinya tidak hanya yeast tapi juga
sejumlah kecil bahan aditif apakah bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan
tujuan tertentu dalam pembuatan ragi, atau juga bahan yang berasal dari media
(bahan makanan yeast yang diperlukan pada waktu perbanyakan yeast) yang
tersisa, atau bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan meningkatkan stabilitasnya
selama penyimpanan seperti tidak menggumpal, bisa juga mengandung bahan
pengisi.
Dari segi
kehalalan bahan aditif inilah yang perlu dicermati kehalalannya. Pada pembuatan
compressed yeast sering ditambahkan pengemulsi (emulsifier) dimana status kehalalannya
adalah syubhat seperti telah banyak dibahas pada tulisan tulisan sebelumnya.
Bahan aditif yang mungkin ada pada ragi instan yaitu bahan anti gumpal
(anticaking agent) dimana diantara bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai
anti gumpal ada yang status kehalalannya syubhat yaitu E542 (edible bone
phosphate, berasal dari tulang hewan), E 570 (asam stearat) dan E572 (magnesium
stearat). Asam stearat dapat berasal dari tanaman atau dari hewan, magnesium
stearat dibuat dengan menggunakan bahan dasar asam stearat. Disamping gum atau
dekstrin, gelatin kadang digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan. Di
pasaran sudah tersedia ragi instan yang sudah dijamin kehalalannya, oleh karena
itu pilihlah ragi instan yang sudah dijamin kehalalannya mengingat ragi instan
pun bisa tidak halal seperti telah diuraikan diatas.
Bahan
Pengembang
Bahan pengembang adalah bahan tambahan pangan yang digunakan dalam pembuatan roti dan kueh yang berfungsi untuk mengembangkan adonan supaya adonan menggelembung, bertambah volumenya, demikian juga pada saat adonan dipanggang dapat lebih mengembang. Jika bahan pengembang dicampurkan kedalam adonan maka akan terbentuk gas karbon dioksida, gas inilah yang kemudian terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada dalam tepung terigu) sehingga adonan menjadi mengembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak. Bahan yang biasa digunakan yang pertama disebut sebagai baking soda, yang disebut pula dengan nama soda kue, yang isi sebetulnya adalah bahan kimia yang bernama sodium bikarbonat. Bahan ini dibuat secara sintesis kimia dan tidak ada masalah dari segi kehalalannya.
Bahan pengembang jenis kedua yaitu apa yang disebut sebagai baking powder yang merupakan campuran antara sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening acid). Yang bisa bertindak sebagai asam pengembang adalah umumnya garam fosfat, sodium aluminium fosfat, glukono delta lakton dan cream of tartar. Dari semua bahan-bahan ini yang tidak boleh digunakan adalah cream of tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah garam potasium dari asam tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil ikutan) industri wine (sejenis minuman keras), itu sebabnya mengapa bahan ini tidak boleh digunakan oleh umat Islam. Sayangnya, cream of tartar ini banyak digunakan dalam pembuatan kue, banyak tercantum di resep-resep pembuatan kue, bahkan ada dijual dalam bentuk murni cream of tartar. Oleh karena itu, hindarilah penggunaan cream of tartar, gantilah dengan jenis bahan pengembang yang lain jika dalam resep harus menggunakan cream of tartar karena bahan pengembang lain akan berfungsi sama tetapi halal.
Istilah lain dari bahan pengembang adalah bread improver atau cake improver. Di pasaran sudah ada bread improver dan cake imrpover yang sudah mendapatkan sertifikat halal seperti dapat dilihat di daftar produk halal yang ada di Jurnal Halal terbitan LPPOM MUI atau dapat pula ditemukan di www.indohalal.com.
Bahan pengembang adalah bahan tambahan pangan yang digunakan dalam pembuatan roti dan kueh yang berfungsi untuk mengembangkan adonan supaya adonan menggelembung, bertambah volumenya, demikian juga pada saat adonan dipanggang dapat lebih mengembang. Jika bahan pengembang dicampurkan kedalam adonan maka akan terbentuk gas karbon dioksida, gas inilah yang kemudian terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada dalam tepung terigu) sehingga adonan menjadi mengembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak. Bahan yang biasa digunakan yang pertama disebut sebagai baking soda, yang disebut pula dengan nama soda kue, yang isi sebetulnya adalah bahan kimia yang bernama sodium bikarbonat. Bahan ini dibuat secara sintesis kimia dan tidak ada masalah dari segi kehalalannya.
Bahan pengembang jenis kedua yaitu apa yang disebut sebagai baking powder yang merupakan campuran antara sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening acid). Yang bisa bertindak sebagai asam pengembang adalah umumnya garam fosfat, sodium aluminium fosfat, glukono delta lakton dan cream of tartar. Dari semua bahan-bahan ini yang tidak boleh digunakan adalah cream of tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah garam potasium dari asam tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil ikutan) industri wine (sejenis minuman keras), itu sebabnya mengapa bahan ini tidak boleh digunakan oleh umat Islam. Sayangnya, cream of tartar ini banyak digunakan dalam pembuatan kue, banyak tercantum di resep-resep pembuatan kue, bahkan ada dijual dalam bentuk murni cream of tartar. Oleh karena itu, hindarilah penggunaan cream of tartar, gantilah dengan jenis bahan pengembang yang lain jika dalam resep harus menggunakan cream of tartar karena bahan pengembang lain akan berfungsi sama tetapi halal.
Istilah lain dari bahan pengembang adalah bread improver atau cake improver. Di pasaran sudah ada bread improver dan cake imrpover yang sudah mendapatkan sertifikat halal seperti dapat dilihat di daftar produk halal yang ada di Jurnal Halal terbitan LPPOM MUI atau dapat pula ditemukan di www.indohalal.com.
Cake
Emulsifier
Cake emulsifier adalah suatu bahan yang digunakan untuk penstabil dan pelembut adonan cake, kadang digunakan pula untuk menghemat penggunaan telur. Di pasaran bahan ini dikenal dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP, Spontan 88, TBM (istilah jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman), dll. Status emulsifier secara umum adalah syubhat karena bisa terbuat dari bahan nabati (tanaman) atau hewani (dari hewan) seperti telah banyak dibahas di rubrik ini sebelumnya. Disamping itu, seringkali di pasaran bahan ini dicampur dengan lemak padat, sayangnya tidak jelas jenis lemak apa yang digunakan sehingga menambah kekhawatiran dari segi kehalalannya karena lemak yang memadat pada suhu ruang biasanya adalah lemak hewani disamping lemak nabati yang dibuat dengan cara proses hidrogenisasi minyak nabati. Oleh karena itu, hindarilah cake emulsifier yang belum mendapatkan sertifikat halal. Di pasaran sudah ada cake emulsifier yang sudah mendapatkan sertifikat halal, akan tetapi istilah yang digunakan kadang bukan cake emulsifier tapi disebut bakery ingredient dan dijual dengan nama dagang yang tidak mencirikan apakah itu cake emulsifier atau bukan.
Disamping bahan-bahan diatas, ada bahan lain yang sebetulnya masuk kedalam kategori bread improver tapi oleh ibu-ibu digunakan sebagai pelembut cake, bahan tersebut adalah VX.
Cake emulsifier adalah suatu bahan yang digunakan untuk penstabil dan pelembut adonan cake, kadang digunakan pula untuk menghemat penggunaan telur. Di pasaran bahan ini dikenal dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP, Spontan 88, TBM (istilah jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman), dll. Status emulsifier secara umum adalah syubhat karena bisa terbuat dari bahan nabati (tanaman) atau hewani (dari hewan) seperti telah banyak dibahas di rubrik ini sebelumnya. Disamping itu, seringkali di pasaran bahan ini dicampur dengan lemak padat, sayangnya tidak jelas jenis lemak apa yang digunakan sehingga menambah kekhawatiran dari segi kehalalannya karena lemak yang memadat pada suhu ruang biasanya adalah lemak hewani disamping lemak nabati yang dibuat dengan cara proses hidrogenisasi minyak nabati. Oleh karena itu, hindarilah cake emulsifier yang belum mendapatkan sertifikat halal. Di pasaran sudah ada cake emulsifier yang sudah mendapatkan sertifikat halal, akan tetapi istilah yang digunakan kadang bukan cake emulsifier tapi disebut bakery ingredient dan dijual dengan nama dagang yang tidak mencirikan apakah itu cake emulsifier atau bukan.
Disamping bahan-bahan diatas, ada bahan lain yang sebetulnya masuk kedalam kategori bread improver tapi oleh ibu-ibu digunakan sebagai pelembut cake, bahan tersebut adalah VX.
Dough
Conditioner
Dough conditioner merupakan bahan yang berguna multifungsi, bisa melembutkan adonan, mengembangkan adonan, memperpanjang umur, dll. Itulah sebabnya dough conditioner berisi campuran berbagai jenis bahan diantaranya yaitu L-sistein, tepung kedele, asam askorbat, lemak, gula, pengawet, emulsifier dan gipsum. Karena mengandung L-sistein (dibahas pada edisi Ummi sebelumnya), lemak dan emulsifier maka status dough conditioner adalah syubhat.
Dough conditioner merupakan bahan yang berguna multifungsi, bisa melembutkan adonan, mengembangkan adonan, memperpanjang umur, dll. Itulah sebabnya dough conditioner berisi campuran berbagai jenis bahan diantaranya yaitu L-sistein, tepung kedele, asam askorbat, lemak, gula, pengawet, emulsifier dan gipsum. Karena mengandung L-sistein (dibahas pada edisi Ummi sebelumnya), lemak dan emulsifier maka status dough conditioner adalah syubhat.
Shortening
Arti
sesungguhnya dari shortening adalah lemak atau campuran yang memiliki sifat
plastisitas tertentu sehingga mampu membuat makanan seperti roti dan kueh
menjadi lembut. Untuk tujuan tersebut maka shortening biasanya merupakan
campuran lemak dimana bisa terdiri dari lemak nabati semua (biasanya yang sudah
dijenuhkan), campuran lemak nabati dengan lemak hewani atau lemak ikan; bisa
pula merupakan campuran lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) saja. Oleh karena
itu jelas secara umum shortening berstatus syubhat, kecuali yang sudah
diketahui komposisinya dan telah dinyatakan halal oleh yang berwenang.
Disamping itu, shortening yang mengandung lemak babi jelas haram. Untungnya, di
Indonesia sudah banyak shortening yang diproduksi didalam negeri dan sudah
mendapatkan sertifikat halal. Di dunia bakery dan kueh, istilah shortening memiliki
arti lemak, minyak dan berbagai versi olahan minyak dan lemak yang digunakan
sebagai ingredien dalam pembuatan adonan.
Shortening
bisa mengandung bahan selain lemak dan minyak, bahan tersebut adalah perisa
(flavourings), pewarna dan emulsifier. Bahan yang sama jika digunakan sebagai
whipped toppings, buttercream icings, fatty coatings atau sejenisnya tidak akan
disebut sebagai shortening. Fungsi shortening pada pembuatan roti dan kueh
adalah memodifikasi sifat fisik dan kimia adonan sehingga bisa diolah dengan
efisien. Dengan adanya shortening selama pembuatan adonan dan pemanggangan,
adonan menjadi lebih bisa mengembang; shortening juga mampu melembutkan adonan
sehingga roti dan kueh yang dibuat menjadi lembut. Dalam beberapa hal, adanya
lemak membuat produk menjadi lebih enak dimakan karena memiliki rasa dan aroma
yang khas dan enak.
Perlu
diketahui bahwa perbedaan istilah lemak dan minyak terletak pada kondisi bahan
pada suhu ruang, jika berbentuk padat pada suhu ruang maka disebut lemak,
sebaliknya minyak pada suhu ruang berbentuk cair. Oleh karena itu yang berasal
dari hewan biasanya disebut lemak (lemak babi, lemak sapi, lemak kambing, dll)
karena bentuknya padat pada suhu ruang, sedangkan dari nabati (tanaman) dan
ikan biasanya disebut minyak karena kebanyakan bentuknya cair pada suhu ruang.
Jenis-jenis
lemak yang berasal dari hewan yaitu yang pertama adalah mentega (butter),
diperoleh dari susu sapi dan status kehalalannya sudah dibahas pada edisi Ummi
sebelumnya dimana telah dijelaskan ada jenis mentega yang halal, ada pula jenis
mentega yang diragukan kehalalannya, diantaranya adalah mentega yang berbau
wangi tajam seperti roombutter. Yang kedua adalah lemak babi, dalam bahasa
Inggris disebut lard, diperoleh dari babi, statusnya jelas haram. Yang ketiga
adalah lemak sapi, dalam bahasa Inggris disebut tallow, statusnya syubhat
bergantung kepada asal sapi dimana lemak ini diperoleh. Jika sapinya disembelih
secara Islami maka lemak yang diperoleh dari sapi tersebut halal dan
sebaliknya.
Lemak
nabati diperoleh dari minyak nabati yang dijenuhkan, maksudnya sebagian asam
lemaknya yang tadinya tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap) dibuat menjadi
jenuh dengan menggunakan proses yang disebut hidrogenisasi. Dari segi
kehalalan, yang berasal dari nabati ini tidak bermasalah, kecuali ada bahan
tambahan pangan yang digunakan seperti emulsifier dan pewarna. Oleh karena itu,
tetap saja pilih lemak nabati yang sudah mendapatkan sertifikat halal, jika
tidak kehalalannya tidak terjamin.
Lemak
yang digunakan dalam pembuatan bakery dan kueh ada yang diistilahkan secara
spesifik sesuai dengan tujuan penggunaannya, contohnya adalah cake margarine,
ini adalah margarin yang digunakan untuk pembuatan cake walaupun dapat
digunakan pula untuk pembuatan roti misalnya. Ada pula yang disebut dengan
pastry margarine, ini adalah margarin yang digunakan dalam pembuatan produk
pastry. Ada pula yang membagi pastry margarine menjadi dua jenis yaitu yang
disebut short pastry margarine dan puff pastry margarine. Berbagai jenis lemak
dapat digunakan dalam pembuatan short pastry margarine termasuk lemak babi
(lard), lemak sapi (diambil oleinnya saja), minyak ikan yang dijenuhkan dan
minyak nabati yang dijenuhkan. Ada pula literatur yang menyebutkan bahwa dalam
pembuatan pastry margarine sering digunakan lemak babi (lard), tentu saja hal
ini terjadi di negara Barat sana karena sumber literaturnya dari
Barat. Apapun istilahnya, lemak yang digunakan dalam pembuatan produk bakery dan kueh rawan kehalalannya, dengan demikian kita harus ekstra hati-hati dalam memilih lemak untuk pembuatan produk seperti ini. Alhamdulilah di Indonesia sudah banyak jenis jenis shortening untuk berbagai keperluan pembuatan berbagai produk bakery dan kueh yang sudah mendapatkan sertifikat halal sehingga tidak sulit untuk membuat produk yang halal asalkan kita mau mencari dan menseleksinya.
Barat. Apapun istilahnya, lemak yang digunakan dalam pembuatan produk bakery dan kueh rawan kehalalannya, dengan demikian kita harus ekstra hati-hati dalam memilih lemak untuk pembuatan produk seperti ini. Alhamdulilah di Indonesia sudah banyak jenis jenis shortening untuk berbagai keperluan pembuatan berbagai produk bakery dan kueh yang sudah mendapatkan sertifikat halal sehingga tidak sulit untuk membuat produk yang halal asalkan kita mau mencari dan menseleksinya.
Setelah
mengetahui bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan produk bakery dan
kueh nyatalah kedua jenis produk ini rawan kehalalannya, oleh karena itu kita
harus ekstra hati-hati dalam membeli kedua produk ini, harus yang sudah
mendapatkan sertifikat halal atau berasal dari produsen yang kita percaya
memproduksi makanan yang halal. Hindarilah produk bakery dan kueh impor yang
tidak dijamin kehalalannya. Disamping itu, kita juga harus hati-hati memilih
produk bakery dan kueh hasil industri dalam negeri karena ditengarai banyak
menggunakan bahan-bahan yang belum jelas kehalalannya, bahan-bahan tersebut
diantaranya adalah ovalet, TBM, SP, roombutter, dll, disamping jenis shortening
atau lemak yang digunakan. Yang paling aman adalah lagi-lagi memilih produk
yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari badan yang berwenang di Indonesia
(MUI).
(Dr. Ir.
Anton Apriyantono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar